Selasa, 13 Oktober 2009

Artikel Bebas

Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal merupakan masjid megah yang berdiri kokoh di pusat Ibukota Republik Indonesia, Jakarta. Masjid megah ini didirikan pada tanggal 24 Agustus 1961 dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 22 Februari 1978. Pada tahun 1970-an, masjid ini merupakan masjid termegah di kawasan Asia Tenggara. Kemegahan masjid ini merupakan simbol rasa syukur atas karunia Tuhan berupa kemerdekaan bangsa Indonesia. Nama istiqlal berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti sepadan dengan kata “kemerdekaan”.
Ide pembangunan masjid ini awalnya muncul pada tahun 1949, yakni setelah penyerahan kedaulatan negara oleh Pemerintah Kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia. Ide ini lahir dari para ulama dan tokoh ternama pada saat itu, di antaranya K.H. Wahid Hasyim (Menteri Agama RI pertama), H. Agus Salim, Anwar Cokroaminoto, Ir. Sofyan, dan K.H. Taufiqurrahman. Ide pembanguan masjid ini disambut hangat oleh presiden RI saat itu, Ir. Soekarno. Bahkan pada waktu itu Ir. Soekarno berusaha keras membantu realisasi pembangunan masjid.
Setelah mendapat persetujuan, pada tahun 1953, dibentuklah panitia pembangunan masjid yang diketuai oleh Anwar Cokroaminoto, yang selanjutnya ditunjuk sebagai Ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Kepanitiaan ini bertugas untuk merealisasikan pembangunan masjid secara keseluruhan. Melalui kepanitiaan ini, pada tahun 1954, Ir. Soekarno diangkat sebagai Kepala Bagian Teknik Pembangunan Masjid Istiqlal dan juga ditetapkan sebagai juri sayembara maket pembangunannya.
Pada tahun 1955, panitia ini mengadakan sayembara membuat sketsa dan maket pembangunan Masjid Istiqlal. Konon, sayembara ini diikuti oleh 30 peserta. Di antara 30 peserta tersebut terdapat 27 orang yang menyerahkan sketsa dan maketnya. Namun, dari 27 peserta hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba. Setelah menilai dan mengevaluasi, akhirnya dewan juri menetapkan lima peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah F. Silaban dengan tema “ketuhanan”, R. Oetoyo dengan tema “istigfar”, Hans Groenewegen dengan tema “salam”, lima mahasiswa ITB dengan tema “ilham”, dan tiga mahasiswa ITB dengan tema “khatulistiwa”. Setelah melalui proses panjang, dewan juri kemudian menetapkan F. Silaban sebagai pemenang. F. Silaban adalah seorang keturunan Batak yang beragama Nasrani.
Proyek pembangunan masjid ini ternyata tidak berjalan secara mulus dan mudah. Sejak direncanakan pada tahun 1950-an hingga 1960-an masjid ini belum selesai didirikan. Tersendatnya pembangunan ini dikarenakan situasi politik pada saat itu yang memang kurang mendukung dan menguntungkan. Pada tahun-tahun itu, demokrasi parlementer diterapkan. Partai-partai politik saling bertikai dan memperebutkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada 1965—1966 saat meletus peristiwa G30 S/PKI. Praktis pada saat itu pembangunan masjid terhenti sama sekali.
Setelah situasi politik mereda, Menteri Agama pada saat itu, K.H. M. Dahlan, memelopori pembangunan kembali masjid ini. Kepengurusan Ir. Soekarno kemudian diganti oleh K.H. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal yang baru. Di bawah kepengurusan baru, proses pembangunan masjid ini akhirnya selesai pada tanggal 31 Agustus 1967 dan diresmikan pada tanggal 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto.

2 komentar:

  1. artikel yang bagus. ternyata kamu baerani ya ngangkat tentang mesjid. sayang kenapa harus istiqlal, soalnya hampir semua orang tau. kalo saran saya si cari mesjid lain yang ta kalah bagusnya dri istiqlal

    BalasHapus
  2. heheheh hidup istiqlal lah pokoknya mah

    BalasHapus